Kutipan Dari Buku Mutiara Akhlak Rasulullah Saw. Karangan Ahmad Rofi’ Usmani

Posting by Taufik Fadjar


Iman, dalam bahasa Arab, secara harfiah berarti ketenangan dan kepercayaan. Dari Kosakata al-iman, terambil tiga kosakata lain, yaitu al-aman (Keselamatan ) al-amanah

(menempati janji ), al-amn ( keamanan ) . Dengan demikian, Allah dengan kebijaksanaan-Nya hendak menanamkan dalam hati orang yang beriman rasa aman dan ketenangan jiwa yang tampak pada sikap dan perbuatannya . Iman sendiri adalah pernyataan syahadah ( persaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah ) dalam renungan jiwa. Ia juga diumumkan kepada khalayak ramai dengan ucapan dan tindakan.

Berbagai aliran dalam pemikiran islam memiliki ukuran yang berbeda dalam menetapkan keberadaan iman dalam diri seseorang. Terkadang iman diukur dari amal perbuatan saja. Karena itu, barang siapa yang mengingkari ajaran-ajaran Al-Quran denagn sengaja dan terang-terangan, ia telah keluar dari islam ( menurut Khawarij dan Mu’tazilah ). Terkadang iman juga diukur dengan ucapan dan perbuatan lisan yang dinyatakan didepan Tuhan dan khalayak ramai ( menurut Hanafiyyah dan Maturidiyyah ) dan terkadang denagan kata-kata dan perbuatan bersama-sama ( menurut Hanbaliyyah). Juga ada kalanya iman diukur dengan pembenaran dan keyakinan dalam kalbu ( menurut Asy’ariayyah) .

Iman Al-Ghazali dengan memadukan ketiga unsur iman :

  1. - Penegasan hati
  2. - Ucapan
  3. - dan tindakan

Iman Al-Ghazali mengatakan : “Kalbu merupakan poros tempat beredarnya iman. Ucapan lisan adalah syarat iman kecuali dalam keadaan yang tidak memungkinkan. Dan amal-amal ketaatan yang dilakukan dengan semangat imanlah yang paling lengkap dan sempurna.”

Adapun takwa, bila dlihat asal maknanya dalam bahasa Arab, berarti meletakkan diri di dalam tempat perlindungan yang rapi ( waqayah ). Bisa juga berarti meletakkan sesuatu dalam tempat yang terjaga agar tidak rusak. Sedangkan bila ditilik dari terminologinya, menurut pakar, takwa adalah suatu daya atau potensi yang terpancang didalam jiwa yang mampu secara aktif mencegah seseorang dari melakukan larangan Allah dan mendorongnya untu melaksanakan titah-Nya. Kemampuan ini terpancang demikian kuatnya sehingga membentuk sikap mental seseorang untuk mematuhi syariat Allah. Dan, ia merupakan displin yang timbul dari diri seseorang, bukan dari luar. Orang yag memiliki sikap mental demikian itulah yang digelari Allah sebagai orang yang bertakwa.

Dengan kata lain. Seseorang yang telah mencapai peringkat takwa, pada dirnya melekat sifat-sifat yang terkandung dalam Surah Al-Baqarah, Bukanlah kebijakan kalian hadapkan muka kalian ke timur dan ke barat. Kebijakan ialah orang yang beriman kepada Allah, Hari kemudian, malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi, dan memberikan harta yang dikasihinya kepada karib kerabatnya, anak yatim, fakir miskin, orang-orang terlantar dalam perjalanan, orang yang meminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, menegakan sholat, membayar zakat, menempati janji apabila ia berjanji, sabar atas kemiskinan, kemudaratan, dan ketika dimedan peperangan. Mereka itulah orang-orang benar dan mereka itulah orang-orang bertakwa ( QS Al-Baqarah 2 : 177 ). Sifat orang yang bertakwa lainnya, antara lain : besikap adil, pemaaf, dan memiliki sifat-sifat keutmaan lainnya.

Diposting oleh Taufik Fadjar on Sabtu, 04 Juli 2009
categories: edit post

0 komentar

Posting Komentar

Ayoo Silahkan Kirim Komentar anda

Subscribe via email

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Waktu Ujian Akan Tiba

Entri Populer

About Me

Foto saya
Seseorang Hamba Allah yang terus menjaga konsistensi dan berusaha membuat impian nya menjadi kenyataan

Total Tayangan Halaman

PageRank

Taufik Fadjar Education ' Site

The Education Blog In Indonesia